Jumat, Januari 14, 2011

Berbincang Mengenai Kemiskinan dan Pendidikan (Lagi)

Semester pertama, salah satu kelas gue di Hunter Huss adalah Sociology distance learning; di mana kita belajar bareng sekolah-sekolah lain di gaston county lewat webcam. Untungnya penyajinya adalah guru di sekolah gue, jadi gue ngga cuma ngeliat gurunya lewat monitor aja, hehe.

As I wrote before about American students, mereka emang benci nomor satu sama yang namanya menghafal dan terbiasa berkutat dengan kalkulator. Tapi mereka emang bener-bener kritis dan cepat respon, apalagi di kelas-kelas sosial. Gue selalu kagum dengan gimana mereka menyampaikan ide-ide atau opini, yang nggak pernah dibuat-buat dan apa adanya (justru yang kayak gitu yang bikin gue terkesan, daripada kalimat-kalimat sok pinter yang malah bikin keliatan bodoh).

Well, anyway. Salah satu submateri di kelas sosiologi gue adalah poverty. Dan kita kudu bikin essay argumentasi whether we agree or disagree with statement "Whether rich or poor American live remarkably similar life". Dan sebagian temen-temen gue nggak setuju. Mereka bilang, kalo kaya ya kaya, bisa minta apa aja dari orangtua, bisa pergi ke private school atau college yang bagus. Mereka membandingkan kualitas public and private school, mengeluhkan berbagai hal tetang public school yang bikin gue miris banget. Oh yeah, miskin buat mereka adalah nggak punya mobil pribadi (padahal mobil keluarga ada 2), nggak tinggal di kawasan elite (padahal rumah sih bertingkat). Andai mereka melihat lebih luas.. Coba di negara kita, yang namanya miskin itu orang yang nyari makan aja susah. Tempat tinggalnya dipertanyakan kelayakannya. Sekolah negeri aja bayar. Belum bukunya. Seragam. Bayaran ina-inu ini itu. Though I know our government is trying to make our education better but still.. Gue sedih aja dengernya. Mereka pasti akan lebih bersyukur kalau mereka tau.

Di Amerika pengangguran aja dapet tunjangan dari pemerintah. Single mom dapet bantuan juga. Tapi bukan berarti hidup di sini semudah itu. Pajak di sini amit-amit -_____- So, sebenernya gimanapun ada plus minusnya masing-masing negara. Gue bersyukur dapet kesempatan dateng ke sini; no matter people said: "Nanti jadi liberal lo.." atau "Di sana pergaulannya kan.." atau "Amerika itu begini lho.." (padahal yang berkomentar pernah liburan ke sini aja nggak). Datang ke sini, berbicara dengan banyak orang dengan berbagai latar belakang dari berbagai penjuru dunia, gue belajar memahami yang namanya pilihan setiap orang. Nggak ada yang salah atau benar, semuanya relatif.

Gue udah 4 hari off school because the road is frozen. But I still have to make-up these days, zzz -______-
Dan gue flu lagi. Kebayang banget kalau Indonesia punya 4 musim, gimana caranya orang-orang yang hidup di garis kemiskinan survive? Harus punya clothing sesuai dengan pergantian cuaca. Apalagi abis ngobrol sama anak-anak chapter Jakarta soal tukang gorengan di Indonesia aja sekarang jual cabe. Haduh, tambah mikir aja gue apa yang bisa gue lakuin buat negara? -_____- I'm only little part of Indonesia yang terlempar jauh ke balahan lain bumi.. Tapi seenggaknya gue yakin dan percaya Indonesia itu kaya. SDM-nya juga bukan rendahan. Semoga besok bisa lebih baik dari hari ini..


AB.

0 comments:

Posting Komentar